Rabu, 15 April 2015

Sejarah Gereja Mormon

I. Pendahuluan

a)   Latar Belakang
Sebelum mengetahui sejarah Gereja Mormon, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan latar belakang dari terbentuknya Gereja Mormon. Terbentuknya Gereja Mormon dilatar belakangi dengan suasana dan iklim keagamaan di wilayah timur laut Amerika Serikat di awal abad ke-19. Terjadinya kebangunan rohani besar gelombang pertama sekitar tahun 1740an memicu terjadinya kebangunan rohani kecil-kecilan. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena sekitar tahun 1800an hal tersebut mulai padam yang mengakibatkan mutu dan kehidupan kerohanian orang-orang dizaman itu menjadi menurun drastis. Hal ini diakibatkan karena banyaknya perang dan revolusi yang terjadi disaat itu. Puncaknya terjadi di sekitar tahun 1770an dan 1800an kemudian berlanjut hingga sekitar tahun 1810an. Sebagai respons atas keadaan ini, sekitar tahun 1820an berlangsunglah kebangunan besar gelombang kedua dengan tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Charles G. Finney[1] dan Alexander Campbell[2]. Dari hal itu maka di mana-mana terutama di negara bagian New York mulai terlihat lagi usaha untuk membangunkan kembali kehidupan kerohanian orang-orang yang sudah lama tertidur. Para pengkhotbah dari berbagai gereja dan aliran akhirnya bermunculan. Mereka muncul membanjiri masyarakat dengan menggunakan media-media seperti Alkitab, traktat, dan majalah. Tidak jarang, dari pengkhotbah yang datang ini beranggapan bahwa ajarannya adalah ajaran yang paling Alkitabiah dan paling benar. Dan hal itu tidak jarang menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang hendak diinjili termasuk Joseph Smith sehingga ia bertekad untuk menyelidiki agama dan ajaran yang benar secara penuh. Dorongan rasa ingin menyelidiki inilah yang nantinya menjadi semangat awal Joseph dalam mendirikan aliran Mormon ini.

b)   Batasan permasalahan
Penulis akan menjelaskan tentang sejarah gereja Mormon yang akan dimulai dari riwayat hidup sang pelopor Mormon serta sejarah lahirnya Gereja Mormon, namun mengingat banyaknya peristiwa yang terjadi dalam sejarah Gereja Mormon, maka penulis akan membatasi pembahasan dan akan lebih mendalam pada riwayat dan peristiwa penting yang terjadi di gereja Mormon ini beserta pokok-pokok ajarannya dan keberadaannya akhir-akhir ini.




II. Gereja Mormon

A.   Lahirnya Gereja Mormon
Gereja yang memiliki nama resmi The Church of Jesus Christ of the Latter-Day Saints (Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir) ini adalah sebuah aliran gereja yang didirikan oleh seorang yang dianggap nabi dalam aliran tersebut yang bernama Joseph Smith, Jr. (1805-1844). Joseph lahir pada 23 Desember 1805 di Vermont. Pada tahun 1816 keluarga Smith pindah ke Menchester, di dekat kota Palmyra bagian barat New York yang diakibatkan tekanan kemiskinan.[3] Awalnya Joseph tidak memiliki minat dengan masalah keagamaan atau gereja karena menurutnya hal tersebut membingungkannya apalagi dengan berbagai macam ajaran dan praktek keagamaan, termasuk yang ditawarkan lewat berbagai acara kebangunan rohani di masa itu. Ia mendapatkan minat, dorongan dan semangat untuk mempelajari dan menyelidiki agama serta ajaran gereja secara penuh ketika ia selesai membaca Yakobus 1:5.
Ketika Joseph berusia 18 tahun, ia mendapat penglihatan mengenai dua tokoh sorgawi yang muncul di hadapannya dan menyatakan diri sebagai Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus, dan seorang dari mereka berkata “Inilah anak yang Kukasihi, dengarkanlah dia[4]” dan Mereka menasihatkan Joseph untuk tidak mengikuti salah satu ajaran gereja dan agama yang ada di sekitarnya karena dinilai semua perhimpunan agama tersebut mempercayai ajaran yang keliru. Di saat itu juga ia dijanjikan sebuah injil dan untuk selanjutnya ia diminta untuk menunggu petunjuk lebih lanjut sambil mempersiapkan diri untuk tugas yang sangat penting dimasa depan. Setelah itu berbagai peristiwa dan penglihatan terus terjadi kepadanya sebagai wujud penyampaian wahyu dan puncaknya terjadi pada penampakan Moroni, putera Mormon kepadanya. Moroni memberitahukan kepadanya tentang sejumlah lempeng emas yang tersembunyi di suatu bukit kecil dekat Palmyra yang kemudian diberi nama Cumorah Hill oleh Joseph. Menurut penampakan tersebut, lempengan emas itu mengandung tulisan yang sangat berharga dan sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh Tuhan, ia dilarang memindahkan lempengan emas tersebut dari tempatnya. Kepada Joseph, ia diberikan kemampuan khusus dan perlengkapan dalam menerjemahkan tulisan yang ada di lempengan itu nantinya. Sambil menunggu apa yang hendak dilakukan selanjutnya, Joseph menikah dengan seorang gadis bernama Emma Hale.
Setelah menunggu selama 4 tahun, pada tanggal 22 september 1827, lempengan emas yang diberitahukan sebelumnya kepada Joseph akhirnya diperbolehkan untuk diambil dan segera di terjemahkan. Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin Harris adalah teman-teman Joseph yang ikut membantu dalam proses menerjemahkan tulisan dalam lempengan emas tersebut serta ditambah delapan orang saksi lagi yang sebagian besar dari keluarga. Pada Juni 1829 proses penerjemahan lempengan emas tersebut baru selesai. Selanjutnya pada proses percetakan untuk menjadi buku (kitab) mereka mengalami kendala karena pencetak buku mendapat ancaman dari para pencemooh Joseph. Karena tidak patah semangat di tahun 1830, naskah terjemahan lempengan tersebut sudah selesai dibukukan menjadi kitab Mormon.
Sewaktu menerjemahkan tulisan yang ada dilempeng emas tersebut Joseph bersama Oliver Cowdery mengaku menerima penyampaian imamat Imam Harun dari Yohanes Pembaptis dengan penumpangan tangan yang terjadi di tahun 1829. Pada kesempatan lain, kedua orang itu juga mengakui mengalami kunjungan dari Rasul Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk diserahi imamat Melkisedek. Kedua imamat itulah yang menjadi pokok sandaran jabatan dalam gereja Mormon nantinya. Dalam gereja mormon, mereka meyakini bila seseorang menerima salah satu tahbisan imamat, maka ia memiliki wewenang dalam gereja Mormon. Gereja Mormon secara resmi berdiri pada tanggal 6 April 1830 di New York dengan Joseph sebagai pemimpinnya.
Dalam pembentukannya, gereja baru tersebut ditandatangani oleh para anggota pertamanya yaitu 6 orang pria sesuai syarat minimal dan sesuai undang-undang di New York. Pada masa pembentukan pengurus gereja itu, disingkaplah wahyu baru yang menyatakan bahwa Joseph Smith sebagai pelihat (saksi), penerjemah, nabi, rasul, dan sebagai penatua gereja lalu semua jabatan itu ditahbiskan oleh Oliver Cowdery kepada Joseph. Selanjutnya Oliver Cowdery juga ditetapkan sebagai “penatua bagi gereja kristus” oleh Joseph sebagai bentuk wahyu selanjutnya dan setelah selesai mereka mengadakan perjamuan kudus. Orang-orang yang hadir dalam persekutuan tersebut menerima pencurahan Roh kudus, dan pengakuan akan keanggotaan gereja dengan penumpangan tangan.

B.  Perkembangan Gereja Mormon
Dalam perkembangannya, gereja Mormon tidak bisa dilepaskan dari pelopornya Joseph Smith, Jr. Nama Joseph pada saat itu makin melambung tiggi karena memiliki kitab Mormon, namun hal tersebut tidak semulus kejadian-kejadian selanjutnya. Dalam perjalanan perkembangannya, gereja Mormon terpaksa harus sering berpindah-pindah tempat dikarenakan banyaknya hambatan dan penganiyanaan[5]. Banyak kalangan di masa itu yang menganggap gereja Mormon sebagai penghujat dan penipu, bahkan tidak jarang masyarakat di sekitar Mormon banyak yang menekan mereka dan hal itu diutamakan terhadap Joseph serta keluarganya. Namun Joseph tidak pernah menanggapi hal-hal tersebut dengan serius sehingga membuatnya tidak patah semangat. Suatu waktu Joseph beserta Oliver Cowdery dan beberapa temannya berencana untuk menginjil dan merekrut orang-orang Indian untuk menjadi anggotanya. Dalam perkembangan selanjutnya mereka bertemu dengan seorang anggota gereja revivalis dari tokoh Alexander Campbell yang ikut menjadi anggota Mormon yang bernama Sidney Rigdon. Dari pertemuan dan masuknya Rigdon menjadi anggota Mormon itupun ia membawa pengaruhnya ke dalam Jemaat Mormon dengan tidak minum minuman keras, merokok, dan sebagainya. Pada suatu hari ia mengajak Joseph dan pengikutnya untuk pindah ke Kirtland, Ohio, 300 mil di sebelah barat negara Amerika.
Dengan maksud meninggalkan penghambatan di New York dan berencana membangun “Yerusalem Baru”, rombongan Mormon menuju Kirtland pada tahun1831. Setelah itu mereka memilih 12 orang untuk dijadikan dan ditetapkan sebagai Rasul bagi gereja Mormon. Pada saat itu banyak orang datang ke Kirtland yang pada awalnya hanya untuk mencari tahu aliran gereja ini, namun lambat laun mereka ikut menjadi anggota Jemaat Mormon. Menurut pendapat banyak orang, dalam gereja Mormon tersebut banyak terjadi mujizat-mujizat. Di gereja mormon yang menjadi pedoman mereka dalam berjemaat adalah “tata tertib Henokh”. Tata tertib ini menekankan: milik pribadi dijadikan milik gereja, dan keuntungan pribadi/hasil kerja harus dinikmati oleh seluruh jemaat. Hal inilah yang mengakibatkan Joseph berhasil secara ekonomi. Di Kirtland, Joseph membangun bait suci Mormon pertama dan ketika pentahbisan bait suci tersebut yang dilakukan tahun 1836, membuat jemaat gereja itu mengalami ekstase. Beberapa lama Jemaat Mormon tinggal di Kirtland dan muncullah rasa bahwa tempat tersebut bukanlah tempat terbaik dan sesuai untuk “Yerusalem Baru” dan mereka mulai memikirkan tempat lain yang bisa ditempati nantinya. Sebuah desa Independence di negara bagian Missouri kemudian menjadi target mereka.
Dalam perjalanan perkembangan selanjutnya dari gereja Mormon, sesampainya di tempat tersebut mereka justru disambut dengan adanya hambatan baru dari luar Jemaat Mormon. Hambatan tersebut berupa kekerasan yang ditujukan kepada Mormon dan dari situ mereka terpaksa pindah lagi untuk mencari lahan baru hingga akhirnya mereka menemukan Far West yang daerahnya masih dekat dengan Missouri. Sementara itu di Kirtland terjadi masalah baru yang merupakan tantangan dari dalam gereja Mormon di wilayah itu. Gereja Mormon di wilayah Kirtland diberitakan terjadi skandal poligami yang mengakibatkan 6 dari 12 Rasul Mormon pergi meninggalkan aliran tersebut. Dari situ terjadilah pertikaian yang terjadi antara pemimpin-pemimpin gereja Mormon. Joseph menangani hal tersebut dengan mengutus sisa Rasulnya ke Inggris. Selanjutnya Joseph memutuskan untuk pergi menginjil ke Canada dengan harapan bahwa sekembalinya dari sana krisis dalam gereja Mormon di daerah itu mereda, namun karena tidak kunjung adanya perubahan, sekembalinya dari Canada, Joseph dan Rigdon meninggalkan Kirtland diikuti 600 pengikutnya untuk mengungsi ke Far West.
Di Far West terjadi lagi hambatan dalam perkembangan gereja Mormon. Tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1838 tengah berlangsung pemilu di Far West, pada saat itu para penentang Mormon ditempat itu tidak mengijinkan para warga yang masuk dalam Jemaat Mormon untuk ikut memilih dan dari situ terjadilah kekacauan yang mengharuskan pihak militer untuk turun tangan. Jemaat Mormon didesak dan ditekan tentara, dijarah tetangganya sendiri, dan dicerca para pejabat pemerintah. Pada saat itu juga Joseph Smith dijatuhkan vonis hukuman mati, tetapi seorang komandan pasukan tembak bersimpati padanya dan kaum Mormon sehingga ia bebas dari tuntutan tersebut. Pada tahun 1839 sebanyak 8000 warga Jemaat Mormon meninggalkan Far West menuju daerah berawa, di tepi sungai Missisipi sebelah utara kota Quincy negara bagian Illionis. Tempat baru itu dinamai Joseph Nauvoo yang menurutnya dalam bahasa Ibrani berarti perkebunan yang indah. Di puncak bukit di daerah itu direncanakannya untuk didirikan bait suci baru. Tahun pertama mereka tinggal di tempat itu merupakan tahun terberat karena banyak Jemaat mormon yang meninggal karena terserang wabah penyakit.
Dalam waktu singkat, Nauvoo menjadi kota yang baru dengan otonomi dan organisasi militer khusus. Jumlah Jemaat Mormon mengalami perkembangan pesat di Nauvoo, dan hal ini menjadi ancaman besar bagi warga bukan Mormon yang tinggal di wilayah tersebut. Wargapun mengadakan siasat untuk merongrong mereka. Berbagai tuduhanpun muncul yang mengakibatkan Joseph harus dipanggil oleh gubernur setempat untuk disidangkan di Carthage. Joseph hadir bersama saudaranya Hyrum Smith dan dua orang pengikutnya pada sidang itu. Sebelum sidang dilaksanakan, mereka diamankan di penjara kota setempat. Sore hari pada tanggal 27 Juni 1844, keempat orang Mormon tersebut dibunuh dengan dihujani tembakan oleh tentara yang bersekongkol dengan sipir penjara. Merekapun disebut-sebut mati syahid.
Setelah kematian Joseph, perjalanan perkembangan gereja Mormon kembali mengalami hambatan dari dalam karena mengalami situasi tanpa pemimpin dan berharap ingin segera mendapatkan penggantinya. Rigdon sebenarnya merasa layak dan pantas jika ia ditunjuk sebagai pemimpin yang baru, namun hal itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga Joseph Smith, mereka berpendapat bahwa penggantinya haruslah dari keluarga Smith itu sendiri. Dari situ Rigdon dikucilkan dan ia memilih pindah ke Pennsylvania, di sana ia berhasil membangun gerejanya sendiri. Karena kian lama sang pengganti Joseph tidak kunjung didapat maka sebagian besar Jemaat memilih Brigham Young yang merupakan ketua dari para Rasul Mormon sebagai presiden serta nabi kedua Mormon. Sejak Brigham Young memimpin, secara tidak langsung posisi para Rasul Mormon menjadi naik yaitu sebagai yang terrtinggi kedua jabatannya dari urutan kepemimpinan dalam gereja Mormon. Sang istri mendiang Joseph, Emma, tidak setuju dengan ditunjuknya Brigham Young sebagai pemimpin mormon akhirnya memisahkan diri dari Mormon  dan membentuk gereja Mormonnya sendiri bersama pengikut setia Joseph lainnya yang diberi nama The Reorganized Church of Jesus Christ of Latter Day Saints dengan Joseph Smith, Jr. III sebagai pemimpinnya. Pada awalnya gereja Mormon baru ini mengungsi ke Independence, Missouri, dan mendirikan pusat gerejanya di sana[6].
Setelah terpecah menjadi dua, gereja Mormon yang berada di bawah pimpinan Brigham young akhirnya meninggalkan Nauvoo yang dikarenakan tidak bisa hidup rukun dengan tetangga mereka. Terjadilah eksodus besar-besaran di bulan Mei 1846. Bait suci Mormon yang berada di Nauvoo terbakar dan sisanya hancur karena terjangan tornado. Eksodus yang dilakukan Mormon di bawah pemerintahan Brigham Young berjalan cukup lama hingga mereka tiba di suatu dataran cekung di pinggir danau garam (Salt Lake) yang dimaknai sebagai tanah terjanji bagi mereka. Dalam waktu singkat di kawasan inilah babak baru gereja mormon dimulai dan hingga kini kawasan itu menjadi wilayah yang maju dan kaya. Di kawasan itu pula dikembangkanlah praktek ajaran baru bagi Mormon. Salah satu ajaran tersebut adalah tentang poligami yang diresmikan oleh Brigham Young pada tahun 1852. Mereka yang tidak setuju dengan ajaran tersebut meminta dukungan dari pemerintah setempat dan akhirnya nabi sekaligus presiden keempat mereka yaitu Wilford Woodruff membatalkan peraturan tentang poligami tersebut di tahun 1890. Tetapi sampai sekarang praktek tersebut masih sering dilakukan terutama oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai Mormon fundamentalis, yang pada akhirnya memisahkan diri secara de facto dari gereja Mormon utama yakni LDS.

C.  Pokok Ajaran Mormon
Pokok-pokok ajaran Mormon dirumuskan Joseph Smith dalam dokumen Articles of Faith (pasal-pasal iman) yang mana dicantumkan pada bagian terakhir kitab suci ketiga gereja Mormon yang berjudul Pearl of Great Price (mutiara yang sangat berharga). Dari dokumen dan kitab suci tersebut dapat di ketahui beberapa doktrin atau pengajaran dari Mormon.
1.      Allah
Dari pandangan Mormon mengenai Allah, mereka memandang Allah sebagai sesuatu atau “seseorang” yang dapat diraba, memiliki fisik, dan memiliki kekuatan yang luar biasa melebihi segala kekuatan. Lalu dari pandangan mereka mengenai ketritunggalan Allah, merekapun tidak mengakuinya. Mereka memahami bahwa Allah tritunggal bukanlah satu melainkan tiga Allah. Menurut mereka Allah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus masing-masing adalah pribadi yang mandiri.

2.      Keselamatan
Bagi Mormon, keselamatan hanya di tentukan dan hanya bergantung dari tingkat ketaatan dan keikut-sertaan pengikutnya dalam upacara-upacara di bait suci Mormon.

3.      Alkitab
Bagi Jemaat Mormon, mereka memandang Alkitab bukanlah pokok dari pengajaran mereka, yang menjadi pokoknya ialah Kitab Mormon yang dianggap sempurna dan sejajar dengan Alkitab[7]. Aliran Mormon mengajarkan ada tiga buku yang sejajar dan sama dengan Alkitab yaitu adalah; Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, dan Mutiara yang sangat berharga.

4.      Gereja
Bagi pengikut Mormon, mereka berpendapat bahwa gereja Mormon merupakan gereja satu-satunya yang sejati dan benar, sedangkan gereja yang berada di luar Mormon hanya mengajarkan kebohongan dan berada di bawah kutukan Allah. Mereka mengklaim gereja Mormon merupakan penjelmaan Allah dan Kristus dan didirikan oleh malaikat, Petrus dan Yohanes.

D.  Keberadaan Mormon Akhir-Akhir Ini
Akhir-akhir ini gereja Mormon terlihat sangat berbeda, perkembangan yang signifikan dapat terlihat dari jumlah anggotanya. Dari data yang ada, jumlah anggota pada tahun 1960 berjumlah kurang lebih 1.650.000 orang dan pada April 1981 diketahui bahwa jumlah anggota mereka sudah mencapai 4.638.000 orang yang tersebar di 83 negara. Di Indonesia sendiri, gereja Mormon resmi masuk sejak 5 Januari 1970 lewat enam missionarisnya dan menjadi anggota organisasi keagamaan resmi pada 11 Agustus 1970. Selain dari jumlah keanggotaan dan penyebarannya di berbagai negara, tingkat keberhasilan Mormon juga dapat terlihat di berbagai bidang misalnya di bidang perdagangan, pembangunan, dan perkunjungan.
1.      Bidang Perdagangan
Di Amerika, gerakan ini mempunyai banyak areal tanah yang cukup luas, memiliki pabrik-pabrik dan usaha-usaha dibidang pertanian dan semua itu diatur oleh gereja. Hasil keuntungan dari berbagai usaha yang ada digunakan untuk membeli saham, membangun gedung-gedung yang mewah, dan mengembangkan penyebaran ajaran gereja Mormon tersebut lewat missionarisnya.

2.      Bidang Pembangunan
Orang-orang Mormon memiliki banyak gedung-gedung besar di berbagai negara. Gedung-gedung yang didirikan mempunyai fasilitas yang sangat lengkap. Tidak hanya ada ruangan kebaktian, melainkan juga ada ruangan khusus bagi pameran doktrin Mormon dan lain-lainnya. Bangunan yang sangat terkenal berjumlah 10 buah, yang terakhir dibangun pada tahun 1956 di Los Angeles dengan memakan biaya 6.000.000 (enam juta) dollar Amerika. Dengan di ujung dari gedung tersebut dipasang patung emas malaikat Moroni.

3.      Bidang Perkunjungan
Semangat perkunjungan mereka sama seperti Saksi Yehova. Setiap anggota yang muda diharuskan menyumbangkan satu atau dua tahun waktu untuk bekerja menjadi missionaris, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam masa bekerja ini, pihak gereja hanya menanggung makan dan penginapan mereka, sedangkan yang lain-lain ditanggung sendiri. Biasanya, dalam perkunjungan, mereka berdua-dua berpakaian rapi biasanya berkemeja putih, pakai dasi, sepatu mengkilap, dengan wajah klimis, naik sepeda ataupun bus bahkan berjalan kaki mengunjungi rumah-rumah penduduk. Dengan sopan mereka akan memperkenalkan diri sebagai misionaris "Gereja Orang-orang Suci pada Akhir Zaman".












III. Kesimpulan dan Refleksi
Dari pembahasan di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa gereja Mormon atau yang sering di kenal dengan Gereja Orang-orang Suci Zaman Akhir merupakan gereja yang bisa disebut sebagai bidat karena dari berbagai ajaran yang ada pada gereja Mormon ini dapat terlihat bahwa ajaran tersebut sangat jauh dan bertolak belakang dengan ajaran Alkitab yang sesungguhnya. Misalnya dalam ajaran Allah tritunggal, gereja Mormon tidaklah percaya adanya Allah tritunggal, mereka percaya akan tiga Allah yang memiliki pribadinya masing-masing. Selain itu Mormon juga memiliki kitabnya sendiri yang menjadi pokok ajaran mereka. Mereka mengakui kitab Mormon itu sebanding dan sehakekat bahkan lebih sempurna dari Alkitab yang bernama kitab Mormon, padahal jika dilihat dari iman Kristen, dapat diketahui bahwa tidak ada kitab yang sama hakekatnya dengan Alkitab yang merupakan pokok pedoman firman orang-orang Kristen. Namun terlepas dari hal yang bertolak belakang dari bidat ini, terdapat sisi positif dari Mormon yang dapat ditiru oleh gereja pada masa kini. Misalnya dalah hal menginjili, bisa diketahui bahwa Mormon mengalami banyak hambatan dan kendala dalam melakukannya namun meskipun seperti itu para penginjil Mormon tidaklah cepat patah semangat, tidak bisa dipungkiri lagi, pada gereja masa kini, hal tersebut sering terjadi dan semangat menginjili Mormon tersebut bisa menjadi pedoman bagi gereja masa kini untuk tetap semangat dalam menginjili.






1. A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) hlm. 125
2. Ibid. hlm. 112
[3]. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) hlm. 348
[4]. Ibid.
[5]. Di akses dari http://www.suplemengki.com/mormon/ pada hari Minggu pukul 03.36 Wita
[6]. Op. Cit. hlm. 357
[7]. Muhammad Sholikin, Kontroversi Ahmadiyah Fakta, Sejarah, Gerakan dan Aqidah jemaat Ahmadiyah Indonesia, (Yogyakarta: Garudhawaca, 2013) hlm. 48

1 komentar: