I.
Pendahuluan
a)
Latar
Belakang
Sebelum
mengetahui sejarah Gereja Mormon, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan
latar belakang dari terbentuknya Gereja Mormon. Terbentuknya Gereja Mormon
dilatar belakangi dengan suasana dan iklim keagamaan di wilayah timur laut Amerika
Serikat di awal abad ke-19. Terjadinya kebangunan rohani besar gelombang
pertama sekitar tahun 1740an memicu terjadinya kebangunan rohani kecil-kecilan.
Namun hal ini tidak berlangsung lama karena sekitar tahun 1800an hal tersebut
mulai padam yang mengakibatkan mutu dan kehidupan kerohanian orang-orang
dizaman itu menjadi menurun drastis. Hal ini diakibatkan karena banyaknya
perang dan revolusi yang terjadi disaat itu. Puncaknya terjadi di sekitar tahun
1770an dan 1800an kemudian berlanjut hingga sekitar tahun 1810an. Sebagai
respons atas keadaan ini, sekitar tahun 1820an berlangsunglah kebangunan besar
gelombang kedua dengan tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Charles G.
Finney[1]
dan Alexander Campbell[2].
Dari hal itu maka di mana-mana terutama di negara bagian New York mulai
terlihat lagi usaha untuk membangunkan kembali kehidupan kerohanian orang-orang
yang sudah lama tertidur. Para pengkhotbah dari berbagai gereja dan aliran
akhirnya bermunculan. Mereka muncul membanjiri masyarakat dengan menggunakan
media-media seperti Alkitab, traktat, dan majalah. Tidak jarang, dari
pengkhotbah yang datang ini beranggapan bahwa ajarannya adalah ajaran yang
paling Alkitabiah dan paling benar. Dan hal itu tidak jarang menimbulkan
kebingungan bagi orang-orang yang hendak diinjili termasuk Joseph Smith
sehingga ia bertekad untuk menyelidiki agama dan ajaran yang benar secara
penuh. Dorongan rasa ingin menyelidiki inilah yang nantinya menjadi semangat
awal Joseph dalam mendirikan aliran Mormon ini.
b)
Batasan
permasalahan
Penulis
akan menjelaskan tentang sejarah gereja Mormon yang akan dimulai dari riwayat
hidup sang pelopor Mormon serta sejarah lahirnya Gereja Mormon, namun mengingat
banyaknya peristiwa yang terjadi dalam sejarah Gereja Mormon, maka penulis akan
membatasi pembahasan dan akan lebih mendalam pada riwayat dan peristiwa penting
yang terjadi di gereja Mormon ini beserta pokok-pokok ajarannya dan
keberadaannya akhir-akhir ini.
II.
Gereja Mormon
A. Lahirnya Gereja Mormon
Gereja
yang memiliki nama resmi The Church of
Jesus Christ of the Latter-Day Saints (Gereja Yesus Kristus dari
Orang-orang Suci Zaman Akhir) ini adalah sebuah aliran gereja yang didirikan
oleh seorang yang dianggap nabi dalam aliran tersebut yang bernama Joseph
Smith, Jr. (1805-1844). Joseph lahir pada 23 Desember 1805 di Vermont. Pada
tahun 1816 keluarga Smith pindah ke Menchester, di dekat kota Palmyra bagian
barat New York yang diakibatkan tekanan kemiskinan.[3]
Awalnya Joseph tidak memiliki minat dengan masalah keagamaan atau gereja karena
menurutnya hal tersebut membingungkannya apalagi dengan berbagai macam ajaran
dan praktek keagamaan, termasuk yang ditawarkan lewat berbagai acara kebangunan
rohani di masa itu. Ia mendapatkan minat, dorongan dan semangat untuk
mempelajari dan menyelidiki agama serta ajaran gereja secara penuh ketika ia
selesai membaca Yakobus 1:5.
Ketika Joseph berusia
18 tahun, ia mendapat penglihatan mengenai dua tokoh sorgawi yang muncul di
hadapannya dan menyatakan diri sebagai Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus,
dan seorang dari mereka berkata “Inilah anak yang Kukasihi, dengarkanlah dia[4]”
dan Mereka menasihatkan Joseph untuk tidak mengikuti salah satu ajaran gereja
dan agama yang ada di sekitarnya karena dinilai semua perhimpunan agama
tersebut mempercayai ajaran yang keliru. Di saat itu juga ia dijanjikan sebuah
injil dan untuk selanjutnya ia diminta untuk menunggu petunjuk lebih lanjut
sambil mempersiapkan diri untuk tugas yang sangat penting dimasa depan. Setelah
itu berbagai peristiwa dan penglihatan terus terjadi kepadanya sebagai wujud
penyampaian wahyu dan puncaknya terjadi pada penampakan Moroni, putera Mormon
kepadanya. Moroni memberitahukan kepadanya tentang sejumlah lempeng emas yang
tersembunyi di suatu bukit kecil dekat Palmyra yang kemudian diberi nama
Cumorah Hill oleh Joseph. Menurut penampakan tersebut, lempengan emas itu
mengandung tulisan yang sangat berharga dan sebelum waktu yang telah ditetapkan
oleh Tuhan, ia dilarang memindahkan lempengan emas tersebut dari tempatnya.
Kepada Joseph, ia diberikan kemampuan khusus dan perlengkapan dalam
menerjemahkan tulisan yang ada di lempengan itu nantinya. Sambil menunggu apa
yang hendak dilakukan selanjutnya, Joseph menikah dengan seorang gadis bernama
Emma Hale.
Setelah menunggu selama
4 tahun, pada tanggal 22 september 1827, lempengan emas yang diberitahukan
sebelumnya kepada Joseph akhirnya diperbolehkan untuk diambil dan segera di
terjemahkan. Oliver Cowdery, David Whitmer, dan Martin Harris adalah
teman-teman Joseph yang ikut membantu dalam proses menerjemahkan tulisan dalam
lempengan emas tersebut serta ditambah delapan orang saksi lagi yang sebagian besar
dari keluarga. Pada Juni 1829 proses penerjemahan lempengan emas tersebut baru
selesai. Selanjutnya pada proses percetakan untuk menjadi buku (kitab) mereka
mengalami kendala karena pencetak buku mendapat ancaman dari para pencemooh
Joseph. Karena tidak patah semangat di tahun 1830, naskah terjemahan lempengan
tersebut sudah selesai dibukukan menjadi kitab Mormon.
Sewaktu menerjemahkan
tulisan yang ada dilempeng emas tersebut Joseph bersama Oliver Cowdery mengaku
menerima penyampaian imamat Imam Harun dari Yohanes Pembaptis dengan
penumpangan tangan yang terjadi di tahun 1829. Pada kesempatan lain, kedua
orang itu juga mengakui mengalami kunjungan dari Rasul Petrus, Yakobus, dan
Yohanes untuk diserahi imamat Melkisedek. Kedua imamat itulah yang menjadi pokok
sandaran jabatan dalam gereja Mormon nantinya. Dalam gereja mormon, mereka
meyakini bila seseorang menerima salah satu tahbisan imamat, maka ia memiliki
wewenang dalam gereja Mormon. Gereja Mormon secara resmi berdiri pada tanggal 6
April 1830 di New York dengan Joseph sebagai pemimpinnya.
Dalam pembentukannya,
gereja baru tersebut ditandatangani oleh para anggota pertamanya yaitu 6 orang
pria sesuai syarat minimal dan sesuai undang-undang di New York. Pada masa
pembentukan pengurus gereja itu, disingkaplah wahyu baru yang menyatakan bahwa
Joseph Smith sebagai pelihat (saksi), penerjemah, nabi, rasul, dan sebagai
penatua gereja lalu semua jabatan itu ditahbiskan oleh Oliver Cowdery kepada
Joseph. Selanjutnya Oliver Cowdery juga ditetapkan sebagai “penatua bagi gereja
kristus” oleh Joseph sebagai bentuk wahyu selanjutnya dan setelah selesai
mereka mengadakan perjamuan kudus. Orang-orang yang hadir dalam persekutuan
tersebut menerima pencurahan Roh kudus, dan pengakuan akan keanggotaan gereja
dengan penumpangan tangan.
B. Perkembangan Gereja Mormon
Dalam
perkembangannya, gereja Mormon tidak bisa dilepaskan dari pelopornya Joseph
Smith, Jr. Nama Joseph pada saat itu makin melambung tiggi karena memiliki
kitab Mormon, namun hal tersebut tidak semulus kejadian-kejadian selanjutnya.
Dalam perjalanan perkembangannya, gereja Mormon terpaksa harus sering
berpindah-pindah tempat dikarenakan banyaknya hambatan dan penganiyanaan[5].
Banyak kalangan di masa itu yang menganggap gereja Mormon sebagai penghujat dan
penipu, bahkan tidak jarang masyarakat di sekitar Mormon banyak yang menekan
mereka dan hal itu diutamakan terhadap Joseph serta keluarganya. Namun Joseph
tidak pernah menanggapi hal-hal tersebut dengan serius sehingga membuatnya
tidak patah semangat. Suatu waktu Joseph beserta Oliver Cowdery dan beberapa
temannya berencana untuk menginjil dan merekrut orang-orang Indian untuk
menjadi anggotanya. Dalam perkembangan selanjutnya mereka bertemu dengan
seorang anggota gereja revivalis dari tokoh Alexander Campbell yang ikut
menjadi anggota Mormon yang bernama Sidney Rigdon. Dari pertemuan dan masuknya
Rigdon menjadi anggota Mormon itupun ia membawa pengaruhnya ke dalam Jemaat
Mormon dengan tidak minum minuman keras, merokok, dan sebagainya. Pada suatu
hari ia mengajak Joseph dan pengikutnya untuk pindah ke Kirtland, Ohio, 300 mil
di sebelah barat negara Amerika.
Dengan
maksud meninggalkan penghambatan di New York dan berencana membangun “Yerusalem
Baru”, rombongan Mormon menuju Kirtland pada tahun1831. Setelah itu mereka
memilih 12 orang untuk dijadikan dan ditetapkan sebagai Rasul bagi gereja
Mormon. Pada saat itu banyak orang datang ke Kirtland yang pada awalnya hanya
untuk mencari tahu aliran gereja ini, namun lambat laun mereka ikut menjadi
anggota Jemaat Mormon. Menurut pendapat banyak orang, dalam gereja Mormon
tersebut banyak terjadi mujizat-mujizat. Di gereja mormon yang menjadi pedoman
mereka dalam berjemaat adalah “tata tertib Henokh”. Tata tertib ini menekankan:
milik pribadi dijadikan milik gereja, dan keuntungan pribadi/hasil kerja harus
dinikmati oleh seluruh jemaat. Hal inilah yang mengakibatkan Joseph berhasil
secara ekonomi. Di Kirtland, Joseph membangun bait suci Mormon pertama dan
ketika pentahbisan bait suci tersebut yang dilakukan tahun 1836, membuat jemaat
gereja itu mengalami ekstase. Beberapa lama Jemaat Mormon tinggal di Kirtland
dan muncullah rasa bahwa tempat tersebut bukanlah tempat terbaik dan sesuai
untuk “Yerusalem Baru” dan mereka mulai memikirkan tempat lain yang bisa
ditempati nantinya. Sebuah desa Independence di negara bagian Missouri kemudian
menjadi target mereka.
Dalam
perjalanan perkembangan selanjutnya dari gereja Mormon, sesampainya di tempat
tersebut mereka justru disambut dengan adanya hambatan baru dari luar Jemaat
Mormon. Hambatan tersebut berupa kekerasan yang ditujukan kepada Mormon dan
dari situ mereka terpaksa pindah lagi untuk mencari lahan baru hingga akhirnya
mereka menemukan Far West yang daerahnya masih dekat dengan Missouri. Sementara
itu di Kirtland terjadi masalah baru yang merupakan tantangan dari dalam gereja
Mormon di wilayah itu. Gereja Mormon di wilayah Kirtland diberitakan terjadi
skandal poligami yang mengakibatkan 6 dari 12 Rasul Mormon pergi meninggalkan
aliran tersebut. Dari situ terjadilah pertikaian yang terjadi antara
pemimpin-pemimpin gereja Mormon. Joseph menangani hal tersebut dengan mengutus
sisa Rasulnya ke Inggris. Selanjutnya Joseph memutuskan untuk pergi menginjil
ke Canada dengan harapan bahwa sekembalinya dari sana krisis dalam gereja
Mormon di daerah itu mereda, namun karena tidak kunjung adanya perubahan,
sekembalinya dari Canada, Joseph dan Rigdon meninggalkan Kirtland diikuti 600
pengikutnya untuk mengungsi ke Far West.
Di Far West terjadi
lagi hambatan dalam perkembangan gereja Mormon. Tepatnya pada tanggal 6 Agustus
1838 tengah berlangsung pemilu di Far West, pada saat itu para penentang Mormon
ditempat itu tidak mengijinkan para warga yang masuk dalam Jemaat Mormon untuk
ikut memilih dan dari situ terjadilah kekacauan yang mengharuskan pihak militer
untuk turun tangan. Jemaat Mormon didesak dan ditekan tentara, dijarah tetangganya
sendiri, dan dicerca para pejabat pemerintah. Pada saat itu juga Joseph Smith
dijatuhkan vonis hukuman mati, tetapi seorang komandan pasukan tembak
bersimpati padanya dan kaum Mormon sehingga ia bebas dari tuntutan tersebut.
Pada tahun 1839 sebanyak 8000 warga Jemaat Mormon meninggalkan Far West menuju
daerah berawa, di tepi sungai Missisipi sebelah utara kota Quincy negara bagian
Illionis. Tempat baru itu dinamai Joseph Nauvoo yang menurutnya dalam bahasa
Ibrani berarti perkebunan yang indah.
Di puncak bukit di daerah itu direncanakannya untuk didirikan bait suci baru.
Tahun pertama mereka tinggal di tempat itu merupakan tahun terberat karena
banyak Jemaat mormon yang meninggal karena terserang wabah penyakit.
Dalam waktu singkat,
Nauvoo menjadi kota yang baru dengan otonomi dan organisasi militer khusus.
Jumlah Jemaat Mormon mengalami perkembangan pesat di Nauvoo, dan hal ini
menjadi ancaman besar bagi warga bukan Mormon yang tinggal di wilayah tersebut.
Wargapun mengadakan siasat untuk merongrong mereka. Berbagai tuduhanpun muncul
yang mengakibatkan Joseph harus dipanggil oleh gubernur setempat untuk
disidangkan di Carthage. Joseph hadir bersama saudaranya Hyrum Smith dan dua
orang pengikutnya pada sidang itu. Sebelum sidang dilaksanakan, mereka
diamankan di penjara kota setempat. Sore hari pada tanggal 27 Juni 1844,
keempat orang Mormon tersebut dibunuh dengan dihujani tembakan oleh tentara
yang bersekongkol dengan sipir penjara. Merekapun disebut-sebut mati syahid.
Setelah
kematian Joseph, perjalanan perkembangan gereja Mormon kembali mengalami
hambatan dari dalam karena mengalami situasi tanpa pemimpin dan berharap ingin
segera mendapatkan penggantinya. Rigdon sebenarnya merasa layak dan pantas jika
ia ditunjuk sebagai pemimpin yang baru, namun hal itu ditolak mentah-mentah
oleh keluarga Joseph Smith, mereka berpendapat bahwa penggantinya haruslah dari
keluarga Smith itu sendiri. Dari situ Rigdon dikucilkan dan ia memilih pindah
ke Pennsylvania, di sana ia berhasil membangun gerejanya sendiri. Karena kian
lama sang pengganti Joseph tidak kunjung didapat maka sebagian besar Jemaat
memilih Brigham Young yang merupakan ketua dari para Rasul Mormon sebagai
presiden serta nabi kedua Mormon. Sejak Brigham Young memimpin, secara tidak
langsung posisi para Rasul Mormon menjadi naik yaitu sebagai yang terrtinggi
kedua jabatannya dari urutan kepemimpinan dalam gereja Mormon. Sang istri
mendiang Joseph, Emma, tidak setuju dengan ditunjuknya Brigham Young sebagai
pemimpin mormon akhirnya memisahkan diri dari Mormon dan membentuk gereja Mormonnya sendiri
bersama pengikut setia Joseph lainnya yang diberi nama The Reorganized Church of Jesus Christ of Latter Day Saints dengan
Joseph Smith, Jr. III sebagai pemimpinnya. Pada awalnya gereja Mormon baru ini
mengungsi ke Independence, Missouri, dan mendirikan pusat gerejanya di sana[6].
Setelah
terpecah menjadi dua, gereja Mormon yang berada di bawah pimpinan Brigham young
akhirnya meninggalkan Nauvoo yang dikarenakan tidak bisa hidup rukun dengan
tetangga mereka. Terjadilah eksodus besar-besaran di bulan Mei 1846. Bait suci
Mormon yang berada di Nauvoo terbakar dan sisanya hancur karena terjangan
tornado. Eksodus yang dilakukan Mormon di bawah pemerintahan Brigham Young
berjalan cukup lama hingga mereka tiba di suatu dataran cekung di pinggir danau
garam (Salt Lake) yang dimaknai sebagai tanah terjanji bagi mereka. Dalam waktu
singkat di kawasan inilah babak baru gereja mormon dimulai dan hingga kini
kawasan itu menjadi wilayah yang maju dan kaya. Di kawasan itu pula
dikembangkanlah praktek ajaran baru bagi Mormon. Salah satu ajaran tersebut
adalah tentang poligami yang diresmikan oleh Brigham Young pada tahun 1852.
Mereka yang tidak setuju dengan ajaran tersebut meminta dukungan dari pemerintah
setempat dan akhirnya nabi sekaligus presiden keempat mereka yaitu Wilford
Woodruff membatalkan peraturan tentang poligami tersebut di tahun 1890. Tetapi
sampai sekarang praktek tersebut masih sering dilakukan terutama oleh mereka
yang menyebut dirinya sebagai Mormon fundamentalis, yang pada akhirnya
memisahkan diri secara de facto dari
gereja Mormon utama yakni LDS.
C. Pokok Ajaran Mormon
Pokok-pokok
ajaran Mormon dirumuskan Joseph Smith dalam dokumen Articles of Faith (pasal-pasal iman) yang mana dicantumkan pada
bagian terakhir kitab suci ketiga gereja Mormon yang berjudul Pearl of Great Price (mutiara yang
sangat berharga). Dari dokumen dan kitab suci tersebut dapat di ketahui
beberapa doktrin atau pengajaran dari Mormon.
1.
Allah
Dari
pandangan Mormon mengenai Allah, mereka memandang Allah sebagai sesuatu atau
“seseorang” yang dapat diraba, memiliki fisik, dan memiliki kekuatan yang luar
biasa melebihi segala kekuatan. Lalu dari pandangan mereka mengenai
ketritunggalan Allah, merekapun tidak mengakuinya. Mereka memahami bahwa Allah
tritunggal bukanlah satu melainkan tiga Allah. Menurut mereka Allah Bapa,
Yesus, dan Roh Kudus masing-masing adalah pribadi yang mandiri.
2.
Keselamatan
Bagi
Mormon, keselamatan hanya di tentukan dan hanya bergantung dari tingkat
ketaatan dan keikut-sertaan pengikutnya dalam upacara-upacara di bait suci
Mormon.
3.
Alkitab
Bagi
Jemaat Mormon, mereka memandang Alkitab bukanlah pokok dari pengajaran mereka,
yang menjadi pokoknya ialah Kitab Mormon yang dianggap sempurna dan sejajar
dengan Alkitab[7].
Aliran Mormon mengajarkan ada tiga buku yang sejajar dan sama dengan Alkitab
yaitu adalah; Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, dan Mutiara yang sangat
berharga.
4.
Gereja
Bagi
pengikut Mormon, mereka berpendapat bahwa gereja Mormon merupakan gereja
satu-satunya yang sejati dan benar, sedangkan gereja yang berada di luar Mormon
hanya mengajarkan kebohongan dan berada di bawah kutukan Allah. Mereka
mengklaim gereja Mormon merupakan penjelmaan Allah dan Kristus dan didirikan
oleh malaikat, Petrus dan Yohanes.
D. Keberadaan Mormon Akhir-Akhir Ini
Akhir-akhir
ini gereja Mormon terlihat sangat berbeda, perkembangan yang signifikan dapat terlihat
dari jumlah anggotanya. Dari data yang ada, jumlah anggota pada tahun 1960
berjumlah kurang lebih 1.650.000 orang dan pada April 1981 diketahui bahwa
jumlah anggota mereka sudah mencapai 4.638.000 orang yang tersebar di 83
negara. Di Indonesia sendiri, gereja Mormon resmi masuk sejak 5 Januari 1970
lewat enam missionarisnya dan menjadi anggota organisasi keagamaan resmi pada
11 Agustus 1970. Selain dari jumlah keanggotaan dan penyebarannya di berbagai
negara, tingkat keberhasilan Mormon juga dapat terlihat di berbagai bidang
misalnya di bidang perdagangan, pembangunan, dan perkunjungan.
1.
Bidang
Perdagangan
Di
Amerika, gerakan ini mempunyai banyak areal tanah yang cukup luas, memiliki pabrik-pabrik
dan usaha-usaha dibidang pertanian dan semua itu diatur oleh gereja. Hasil
keuntungan dari berbagai usaha yang ada digunakan untuk membeli saham,
membangun gedung-gedung yang mewah, dan mengembangkan penyebaran ajaran gereja
Mormon tersebut lewat missionarisnya.
2.
Bidang Pembangunan
Orang-orang
Mormon memiliki banyak gedung-gedung besar di berbagai negara. Gedung-gedung
yang didirikan mempunyai fasilitas yang sangat lengkap. Tidak hanya ada ruangan
kebaktian, melainkan juga ada ruangan khusus bagi pameran doktrin Mormon dan
lain-lainnya. Bangunan yang sangat terkenal berjumlah 10 buah, yang terakhir
dibangun pada tahun 1956 di Los Angeles dengan memakan biaya 6.000.000 (enam
juta) dollar Amerika. Dengan di ujung dari gedung tersebut dipasang patung emas
malaikat Moroni.
3.
Bidang Perkunjungan
Semangat
perkunjungan mereka sama seperti Saksi Yehova. Setiap anggota yang muda
diharuskan menyumbangkan satu atau dua tahun waktu untuk bekerja menjadi
missionaris, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam masa bekerja ini, pihak
gereja hanya menanggung makan dan penginapan mereka, sedangkan yang lain-lain
ditanggung sendiri. Biasanya, dalam perkunjungan, mereka berdua-dua berpakaian
rapi biasanya berkemeja putih, pakai dasi, sepatu mengkilap, dengan wajah
klimis, naik sepeda ataupun bus bahkan berjalan kaki mengunjungi rumah-rumah
penduduk. Dengan sopan mereka akan memperkenalkan diri sebagai misionaris
"Gereja Orang-orang Suci pada Akhir Zaman".
III.
Kesimpulan dan Refleksi
Dari
pembahasan di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa gereja Mormon
atau yang sering di kenal dengan Gereja Orang-orang Suci Zaman Akhir merupakan
gereja yang bisa disebut sebagai bidat karena dari berbagai ajaran yang ada
pada gereja Mormon ini dapat terlihat bahwa ajaran tersebut sangat jauh dan
bertolak belakang dengan ajaran Alkitab yang sesungguhnya. Misalnya dalam
ajaran Allah tritunggal, gereja Mormon tidaklah percaya adanya Allah
tritunggal, mereka percaya akan tiga Allah yang memiliki pribadinya
masing-masing. Selain itu Mormon juga memiliki kitabnya sendiri yang menjadi
pokok ajaran mereka. Mereka mengakui kitab Mormon itu sebanding dan sehakekat
bahkan lebih sempurna dari Alkitab yang bernama kitab Mormon, padahal jika dilihat
dari iman Kristen, dapat diketahui bahwa tidak ada kitab yang sama hakekatnya
dengan Alkitab yang merupakan pokok pedoman firman orang-orang Kristen. Namun
terlepas dari hal yang bertolak belakang dari bidat ini, terdapat sisi positif
dari Mormon yang dapat ditiru oleh gereja pada masa kini. Misalnya dalah hal
menginjili, bisa diketahui bahwa Mormon mengalami banyak hambatan dan kendala
dalam melakukannya namun meskipun seperti itu para penginjil Mormon tidaklah
cepat patah semangat, tidak bisa dipungkiri lagi, pada gereja masa kini, hal tersebut
sering terjadi dan semangat menginjili Mormon tersebut bisa menjadi pedoman
bagi gereja masa kini untuk tetap semangat dalam menginjili.
TERUSLAH MENULIS...DENGAN CARA MENULIS..SELAMAT
BalasHapus