Rabu, 03 Februari 2016

Tafsiran Keluaran 22:21-27



Keluaran 22:21-27

A.      Teks Keluaran 22:21-27

I.     Keluaran 22:21-27 Teks Bahasa Inggris (KJV 1611/1769 With Codes)
21)    Thou shalt neither vex a stranger, nor oppress him: for ye were strangers in the land of Egypt.
22)    Ye shall not afflict any widow, or fatherless child.
23)    If thou afflict them in any wise, and they cry at all unto me, I will surely hear their cry;
24)    And my wrath shall wax hot, and I will kill you with the sword; and your wives shall be widows, and your children fatherless.
25)    If thou lend money to any of my people that is poor by thee, thou shalt not be to him as an usurer, neither shalt thou lay upon him usury.
26)    If thou at all take thy neighbour's raiment to pledge, thou shalt deliver it unto him by that the sun goeth down:
27)    For that is his covering only, it is his raiment for his skin: wherein shall he sleep? and it shall come to pass, when he crieth unto me, that I will hear; for I am gracious.

II.  Keluaran 22:21-27 Teks Bahasa Indonesia (BIS)
21)    Janganlah menindas atau berlaku tidak adil terhadap orang asing; ingatlah bahwa dahulu kamu pun orang asing di Mesir.
22)    Jangan memperlakukan janda atau anak yatim piatu dengan sewenang-wenang.
23)    Kalau kamu menjahati mereka, Aku, TUHAN akan mendengar mereka bila mereka berseru minta tolong kepada-Ku.
24)    Aku akan marah dan membunuh kamu dalam perang, sehingga istri-istrimu menjadi janda, dan anak-anakmu menjadi yatim.
25)    Kalau kamu meminjamkan uang kepada seorang miskin dari antara bangsa-Ku, janganlah bertindak seperti penagih hutang yang menuntut bunga.
26)    Kalau kamu mengambil jubah orang lain sebagai jaminan hutangnya, jubah itu harus kamu kembalikan sebelum matahari terbenam,
27)    sebab kain itu adalah milik satu-satunya untuk menghangatkan tubuhnya. Kalau tidak dikembalikan kepadanya, apalagi yang harus dipakainya untuk selimut waktu tidur? Kalau ia berseru minta tolong kepada-Ku, maka Aku akan mendengarnya karena Aku berbelaskasihan.

 III.  Keluaran 22:21-27 Teks Bahasa Indonesia Terjemahan Baru (ITB)
21)    Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
22)    Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.
23)    Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring.
24)    Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim.
25)    Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.
26)    Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam,
27)    sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya pakai apakah ia pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.

B.       Latar Belakang Kitab
Kitab keluaran merupakan salah satu dari kitab pentateukh. Kitab keluaran ini merupakan kitab yang menuliskan bagaimana bangsa Israel yang dikenal sebagai bangsa atau umat pilihan Allah keluar dari penindasan dan perbudakan di tanah Mesir yang lebih dikenal dengan istilah peristiwa exodus[1]. Peristiwa ini dipahami sebagai campur tangan Tuhan dalam sejarah bangsa Israel sebagai umat yang dipilih-Nya. Kitab keluaran merupakan kitab yang saling berhubungan dengan kitab lainnya di dalam pentateukh. Menurut tradisinya, kitab pentateukh dikenal sebagai kitab yang ditulis oleh Musa. Dan di dalam kitab keluaran ini pula Musa diperkenalkan sebagai penyambung lidah Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel[2]. Tradisi yang menyebutkan bahwa Musa sebagai penulis kitab pentateukh ini banyak diterima oleh orang-orang yang membacanya, hingga memasuki abad ke-18 karena perkembangan dunia arkeologi yang sedikit demi sedikit membuktikan bahwa pentateukh tidaklah ditulis oleh Musa sendiri. Alasan munculnya pemahaman tersebut karena para ahli sulit mempercayai bahwa hanya satu orang saja yang menuliskan semua teks yang ada di dalamnya. Selain itu para ahli juga menemukan banyaknya pengulangan kata, perbedaan gaya tulis di beberapa teks, dan beberapa keganjilan lainnya dalam teks-teks pentateukh yang memotivasi para ahli tersebut untuk melakukan penyelidikan ulang untuk mencari kepastian tentang siapakah penulis kitab pentateukh termasuk kitab keluaran itu sendiri.
Memasuki abad ke-19 di Jerman diperkenalkanlah teori-teori sumber dimana hal ini menyatakan bahwa kitab pentateukh ini telah didapati beberapa teks yang disunting dari sumber Y, E, D, dan P. Teori sumber ini dikenal berasal dari beberapa penulis dan latar belakang zaman yang terlihat berbeda, dan didapati pula bahwa antara tulisan satu dengan tulisan lain dari teori sumber tersebut terdapat perbedaannya serta keistimewaannya masing-masing. Meskipun banyak yang menyetujui akan teori-teori sumber ini, ada pula yang kurang setuju akan teori-teori sumber ini dan lebih percaya bahwa pentateukh memang ditulis oleh Musa. Dengan kitab keluaran 22 : 21-27 yang menjadi tafsiran penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa teks ini berasal dari sumber E.
Dalam kitab keluaran ini ditemukan beberapa tema yang menonjol yakni mengenai pembebasan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, kemudian mengenai hukum-hukum yang diberlakukan Tuhan kepada bangsa Israel, lalu mengenai perjanjian-perjanjian yang diberikan Tuhan, dan juga keberadaan Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel tersebut. Tujuan penulisan dari kitab keluaran adalah untuk menyatakan keberadaan Tuhan dan juga tindakan-tindakan ajaib Tuhan kepada bangsa Israel yang menjadi sejarah nyata. Dalam kitab keluaran ini pula bangsa Israel telah mendapatkan pembebasan dari tanah perbudakan di Mesir sebagai wujud penebusan dan perjanjian Tuhan dengan bangsa tersebut. Pada zaman Musa, orang Israel harus dibebaskan dari perbudakan di Mesir yang merupakan kerajaan yang berkuasa yang memperlakukan mereka secara kejam.

C.      Struktur teks
Di dalam kitab Keluaran pasal 22:21-27 terdapat tema utama yang cukup menonjol, yakni mengenai peraturan Tuhan tentang penindasan terhadap orang-orang yang tidak mampu. Di dalam teks tersebut dapat dilihat terbagi atas dua atau tidak memiliki hubungan keterkaitan di antara beberapa ayat yang ada. Dalam teks Keluaran 22:21-27 ini terdapat beberapa kata kerja yang cukup mencolok untuk dipahami, seperti kata “tindas” dan “tekan” yang dapat diartikan seperti “menjahati atau menganiaya”. Kata tersebut dapat dilihat pada ayat 21. Di teks keluaran 22:21-27 ini, pada ayat 21-24 menceritakan tentang perintah Tuhan untuk tidak menindas atau menekan orang lain. Sedangkan pada ayat 25-27 membicarakan tentang peraturan mengenai perlakuan terhadap orang yang berhutang, serta di akhir ayat 27 dijelaskan mengenai sifat-sifat Tuhan yang merupakan pendengar dan pengasih terhadap seruan para umat-Nya.

D.      Konteks jauh
Penyampaian peraturan-peraturan dalam keluaran bangsa Israel merupakan salah satu peristiwa yang menonjol selain peristiwa penyertaan Tuhan dalam keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Penyampaian peraturan-peraturan bagi bangsa Israel ini terjadi di gunung Sinai[3]sesudah masa keluarnya bangsa tersebut dari perbudakan di Mesir. Peristiwa ini terjadi sekitar abad 14 sM (1300) setelah pemerintahan periode Firaun Ramses II. Dapat diketahui bahwa ketika bangsa Israel masih menjadi budak di Mesir, mereka masih hidup dalam konteks politik pemerintahan dari Firaun di Mesir. Namun memasuki masa keluarnya bangsa tersebut maka mereka terlepas dari pemerintahan Firaun dan beralih ke tuntunan dan petunjuk langsung dari Tuhan melalui nabi Musa.
Dalam koteks sosialnya, kebudayaan bangsa Israel dalam sistem kemasyarakatannya masih memegang teguh sistem patriakhat[4], dimana dalam sistem ini kaum lelaki dinilai sebagai kaum yang lebih dominan dan memliki kuasa atas keluarganya. Tugas kaum lelaki adalah menjadi pemimpin dan juga sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Saat itu pula banyak ditemukan janda-janda dan anak-anak yatim dalam bangsa Israel. Banyaknya janda dan anak yatim ini diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya akibat peperangan yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel terhadap orang Amalek. Janda-janda dan anak yatim yang sudah kehilangan sosok kaum lelaki di keluarganya akibat perang tadi biasanya menjadi kekurangan hak kewarganegaraannya dan jatuh miskin[5]. Orang-orang yang menjadi miskin dan kehilangan kewarganegaraannya tadi biasanya mendapatkan perlakuan diskriminatif dan kekerasan dari masyarakat lainnya.
Corak keagamaan bangsa-bangsa di Timur Tengah pada masa itu pada umumnya bersifat politeis atau kepercayaan kepada banyak Tuhan. Agama yang politeis ini merupakan godaan terberat yang dihadapi bangsa Israel dalam pergumulan imannya. Dapat diketahui bahwa kejatuhan utama bagi bangsa Israel adalah pada bidang agamanya. Oleh sebab itu dekadensi moral, ketidakadilan, korupsi, penindasan, dan kejahatan sosial yang sering terjadi pada bangsa Israel pada masa itu dinilai disebabkan karena kehancuran di bidang kehidupan keagamaannya[6].

E.       Konteks Dekat
Dalam konteks dekatnya, teks-teks yang ada termasuk dalam bagian yang sangat penting yang seperti riwayat tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di gunung Sinai, beberapa kelompok-kelompok hukum serta peraturan-peraturan yang dibuat pada masa itu. Menurut riwayatnya, saat itu Tuhan menampakkan diri di atas gunung Sinai sedangkan umat Israel saat itu harus mempersiapkan diri untuk menyambut atau menghadapi kedatangan-Nya (19:1-25). Saat itu dijelaskan pula mereka yakni bangsa Israel menjadi takut dan Musa harus menjadi perantara antara Tuhan dengan bangsa Israel tersebut (20:18-21). Perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel diteguhkan dan diikat dengan upacara (24:1-11) sebelum Musa naik ke gunung (24:12-18). Kelompok hukum yang pertama terkenal dengan “Kesepuluh Firman” (20:1-17), dan yang kedua disebut sebagai “Kitab Perjanjian” (20:22-23:19) yang didalamnya juga ditambahkan janji-janji Tuhan serta teguran-teguran kepada umat Israel (23:20-33)[7].

F.       Tafsiran Teks (Keluaran 22:21-27)
Ayat 21 : “Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
Ayat ini membicarakan mengenai perintah Tuhan untuk tidak menindas ataupun menekan orang asing, karena melihat dahulunya kamu juga pernah berada dalam posisi yang sama yakni sebagai orang asing ketika berada di tanah Mesir. Kata “menindas” atau “menekan” yang dimaksud adalah mendiskriminasi atau melakukan perbuatan yang bertujuan menyengsarakan orang lain. Sedangkan “orang asing” yang dimaksud adalah orang asing yang tinggal di antara orang-orang Israel. Dapat diketahui bahwa orang asing merupakan orang yang berada dalam posisi lemah karena kurangnya perlindungan dari keluarga ataupun suku[8] yang dimilikinya. Terdapat kata “kamu” di ayat ini yang menunjuk kepada bangsa atau orang Israel yang dapat diketahui pula dahulunya bangsa atau orang Israel tersebut pernah menjadi orang asing di tanah Mesir yang diberlakukan tidak adil, sengsara, dan tertindas dengan menjadi budak dari orang-orang Mesir pada saat sebelum terjadinya peristiwa exodus.

Ayat 22 : Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.
Ayat ini merupakan kalimat perintah yang menekankan untuk tidak menindas atau berbuat jahat kepada seorang janda ataupun anak yatim. Seorang janda dan anak yatim merupakan orang yang dipandang sebagai orang yang berada dalam posisi lemah atau tidak berdaya karena kekurangan perlindungan akibat kehilangan anggota keluarganya. Selain kurang mendapatkan perlindungan, janda dan anak yatim juga merupakan orang yang dinilai sebagai orang yang telah jatuh miskin karena kehilangan suami atau ayah yang merupakan tulang punggung keluarganya sebagai pencari nafkah. Pada masa itu sistem kemasyarakatan yang dipakai adalah sistem patriakhat, dimana kaum bapak atau lelaki dinilai sebagai pemimpin yang harus mampu menafkahi keluarganya dan juga sebagai seorang yang dominan.

Ayat 23 : Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring.
Tuhan diketahui sebagai sosok yang menyayangi, mangasihi dan selalu mendengarkan segala keluh kesah umat-Nya. Di ayat ini berisikan pemberitahuan dan juga perintah Tuhan yang harus diketahui oleh seluruh umat-Nya bahwa jika ada seorang asing yang mendapatkan penindasan lalu meminta perlindungaan kepada Tuhan dengan cara berseru-seru atau meminta tolong kepada-Nya, maka Tuhan akan mendengarkan seruan mereka.

Ayat 24 : Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim.
Ayat ini menyatakan tentang ungkapan kemarahan Tuhan yang akan berlaku kepada orang yang benar-benar menindas orang asing yang berseru kepada Tuhan tersebut. Kemarahan Tuhan ini menunjukkan bahwa Tuhan merupakan sosok yang adil dan sangat menyayangi ciptaan-Nya. Di ayat ini Tuhan ingin menunjukkan kemarahannya dengan prinsip mata ganti mata atau dengan hukuman yang setimpal seperti dalam kitab keluaran 21:24-25 yang pada masa itu masih diberlakukan.

Ayat 25 : Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.
Pada ayat ini menekankan sebuah peraturan mengenai orang Israel yang miskin dan terpaksa meminjam uang dan berada pada posisi yang lemah baik itu ekonomi dan juga sosialnya. Maka orang yang meminjamkan uangnya tersebut tidak diperkenankan untuk memberikan bunga uang kepada orang lemah yang meminjamnya. Bunga uang yang dimaksud adalah riba yang dinilai hanya akan membuat orang yang meminjam uang tadi akan semakin tertindas dan tertekan dengan hutang-hutangnya yang semakin lama semakin benyak atau membengkak.

Ayat 26 : Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam,
Di ayat ini disebutkan kata “jubah” yang merupakan pakaian besar yang digunakan sebagai selimut pada malam hari dan juga sebagai pelindung tubuh. Dan juga kata “gadai” yang berarti menjadikan suatu benda sebagai jaminan ketika meminjam uang. Yang ditekankan di dalam ayat ini adalah orang dilarang untuk menindas orang-orang yang kurang mampu demi keuntungannya sendiri. Pada saat itu dapat dilihat bahwa orang-orang miskin sering meminjam uang bahkan rela menggadaikan barang miliknya untuk ditukar dengan uang agar dapat membelikan makanan bagi keluarganya. Dan ayat ini juga memerintahkan untuk jangan menahan barang gadaian milik orang miskin sampai pada malam hari karena kemungkinan orang yang menggadaikan barang tersebut masih sangat membutuhkannya selama malam itu.

Ayat 27 : sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya pakai apakah ia pergi tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini pengasih.
Ayat ini menekankan bahwa jika ada seseorang yang menindas orang yang lebih lemah darinya lalu mengambil keuntungan darinya, maka akan jadi seperti apa orang yang tertindas tadi? Pastinya akan semakin tertindas dan menjadi semakin sengsara. Oleh sebab itu jika orang yang tertindas tadi meminta pertolongan Tuhan dengan cara berseru-seru kepada-Nya, maka Tuhan akan selalu mendengarkannya, sebab Tuhan merupakan sosok yang adil dan juga maha pengasih bagi orang yang mau berseru kepada-Nya.

G.      Refleksi Teologis
Dalam teks ini menceritakan mengenai sifat pemurah dan kepedulian Tuhan melalui peraturan-peraturan yang dibuat untuk membela hamba-Nya yang berada dalam posisi lemah dan kurang dipedulikan. Selain menceritakan sifatnya yang Maha pemurah dan peduli tersebut, dalam teks ini juga Tuhan ingin menunjukkan bagaimana cara-Nya memberikan hukuman yang setimpal terhadap manusia akibat perbuatannya. Peraturan dan peringatan hukuman tersebut bertujuan agar setiap manusia dapat dengan sadar diri bisa menyadari perbuatan-perbuatannya yang dinilai kurang baik di mata Tuhan dan kembali melakukan hal-hal yang berkenan dan diinginkan oleh Tuhan.
Sifat sombong dan terkadang sering menindas orang Israel pada masa itu akan mengakibatkannya menjadi bangsa yang tidak takut akan Tuhan. Maka dari itu Tuhan hendak menyatakan kekuasaan-Nya  dengan memberikan peraturan-peraturan serta hukuman kepada mereka. Pada teks ini hendak menyampaikan pesan bahwa sebagai orang yang sudah diselamatkan dan percaya bahwa sudah mendapatkan karya penyelamatan Tuhan, hendaklah tetap mengingat-Nya dan mentaati seluruh peraturan-Nya. Dan melalui teks ini pula Tuhan hendak mengajarkan umat-Nya agar bisa selalu berlaku adil bagi sesama ciptaan Tuhan itu sendiri. Karena tanpa-Nya kita sebagai ciptaan bukanlah siapa-siapa.






 1.           Andrew E. Hill dan Jhon H. Walton, Survay Perjanjian Lama” ( Gandum Mas, 2008), hal. 165
2.                Dr. Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran,  ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal 2
3.                C. Greonen Ofm, Pengantar kedalam Perjanjian Lama ( Jogjakarta : Kanisius ,1991) hal .109-110
4.                Barnabas Ludji, pemahaman Dasar perjanjian lama” ( Bandung :Bina Media informasi, 2009) hal.30
5.                Opcit,Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran, hal. 310


6.                Opcit, “pemahaman Dasar perjanjian lama”  hal. 32
7.                Opcit,Tafsiran Alkitab Kitab Keluaran,  ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal. 4
8.                John Rogersom, Studi Perjanjian Lama Bagi Pemula, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 75


Tidak ada komentar:

Posting Komentar