Keluaran 22:21-27
A.
Teks
Keluaran 22:21-27
I.
Keluaran
22:21-27 Teks Bahasa Inggris (KJV 1611/1769 With Codes)
21) Thou
shalt neither vex a stranger, nor oppress him: for ye were strangers in the
land of Egypt.
22) Ye
shall not afflict any widow, or fatherless child.
23) If
thou afflict them in any wise, and they cry at all unto me, I will surely hear
their cry;
24) And
my wrath shall wax hot, and I will kill you with the sword; and your wives
shall be widows, and your children fatherless.
25) If
thou lend money to any of my people that is poor by thee, thou shalt not be to
him as an usurer, neither shalt thou lay upon him usury.
26) If
thou at all take thy neighbour's raiment to pledge, thou shalt deliver it unto
him by that the sun goeth down:
27) For
that is his covering only, it is his raiment for his skin:
wherein shall he sleep? and it shall come to pass, when he crieth unto me, that
I will hear; for I am gracious.
II.
Keluaran
22:21-27 Teks Bahasa Indonesia (BIS)
21) Janganlah
menindas atau berlaku tidak adil terhadap orang asing; ingatlah bahwa dahulu
kamu pun orang asing di Mesir.
22) Jangan
memperlakukan janda atau anak yatim piatu dengan sewenang-wenang.
23) Kalau
kamu menjahati mereka, Aku, TUHAN akan mendengar mereka bila mereka berseru
minta tolong kepada-Ku.
24) Aku
akan marah dan membunuh kamu dalam perang, sehingga istri-istrimu menjadi
janda, dan anak-anakmu menjadi yatim.
25) Kalau
kamu meminjamkan uang kepada seorang miskin dari antara bangsa-Ku, janganlah
bertindak seperti penagih hutang yang menuntut bunga.
26) Kalau
kamu mengambil jubah orang lain sebagai jaminan hutangnya, jubah itu harus kamu
kembalikan sebelum matahari terbenam,
27) sebab
kain itu adalah milik satu-satunya untuk menghangatkan tubuhnya. Kalau tidak
dikembalikan kepadanya, apalagi yang harus dipakainya untuk selimut waktu
tidur? Kalau ia berseru minta tolong kepada-Ku, maka Aku akan mendengarnya
karena Aku berbelaskasihan.
III.
Keluaran
22:21-27 Teks Bahasa Indonesia Terjemahan Baru (ITB)
21) Janganlah
kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang
asing di tanah Mesir.
22) Seseorang
janda atau anak yatim janganlah kamu tindas.
23) Jika
engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan
mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring.
24) Maka
murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga
isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim.
25) Jika engkau meminjamkan
uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka
janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah
kamu bebankan bunga uang kepadanya.
26) Jika engkau sampai
mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya
kepadanya sebelum matahari terbenam,
27) sebab
hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya pakai apakah ia pergi
tidur? Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab
Aku ini pengasih.
B.
Latar
Belakang Kitab
Kitab
keluaran merupakan salah satu dari kitab pentateukh. Kitab keluaran ini
merupakan kitab yang menuliskan bagaimana bangsa Israel yang dikenal sebagai
bangsa atau umat pilihan Allah keluar dari penindasan dan perbudakan di tanah
Mesir yang lebih dikenal dengan istilah peristiwa exodus[1].
Peristiwa ini dipahami sebagai campur tangan Tuhan dalam sejarah bangsa Israel
sebagai umat yang dipilih-Nya. Kitab keluaran merupakan kitab yang saling
berhubungan dengan kitab lainnya di dalam pentateukh. Menurut tradisinya, kitab
pentateukh dikenal sebagai kitab yang ditulis oleh Musa. Dan di dalam kitab
keluaran ini pula Musa diperkenalkan sebagai penyambung lidah Tuhan di tengah-tengah
bangsa Israel[2].
Tradisi yang menyebutkan bahwa Musa sebagai penulis kitab pentateukh ini banyak
diterima oleh orang-orang yang membacanya, hingga memasuki abad ke-18 karena
perkembangan dunia arkeologi yang sedikit demi sedikit membuktikan bahwa pentateukh
tidaklah ditulis oleh Musa sendiri. Alasan munculnya pemahaman tersebut karena
para ahli sulit mempercayai bahwa hanya satu orang saja yang menuliskan semua
teks yang ada di dalamnya. Selain itu para ahli juga menemukan banyaknya
pengulangan kata, perbedaan gaya tulis di beberapa teks, dan beberapa
keganjilan lainnya dalam teks-teks pentateukh yang memotivasi para ahli
tersebut untuk melakukan penyelidikan ulang untuk mencari kepastian tentang
siapakah penulis kitab pentateukh termasuk kitab keluaran itu sendiri.
Memasuki
abad ke-19 di Jerman diperkenalkanlah teori-teori sumber dimana hal ini
menyatakan bahwa kitab pentateukh ini telah didapati beberapa teks yang
disunting dari sumber Y, E, D, dan P. Teori sumber ini dikenal berasal dari
beberapa penulis dan latar belakang zaman yang terlihat berbeda, dan didapati
pula bahwa antara tulisan satu dengan tulisan lain dari teori sumber tersebut
terdapat perbedaannya serta keistimewaannya masing-masing. Meskipun banyak yang
menyetujui akan teori-teori sumber ini, ada pula yang kurang setuju akan
teori-teori sumber ini dan lebih percaya bahwa pentateukh memang ditulis oleh
Musa. Dengan kitab keluaran 22 : 21-27 yang menjadi tafsiran penulis, maka
penulis menyimpulkan bahwa teks ini berasal dari sumber E.
Dalam
kitab keluaran ini ditemukan beberapa tema yang menonjol yakni mengenai
pembebasan yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, kemudian mengenai
hukum-hukum yang diberlakukan Tuhan kepada bangsa Israel, lalu mengenai
perjanjian-perjanjian yang diberikan Tuhan, dan juga keberadaan Tuhan di
tengah-tengah bangsa Israel tersebut. Tujuan penulisan dari kitab keluaran
adalah untuk menyatakan keberadaan Tuhan dan juga tindakan-tindakan ajaib Tuhan
kepada bangsa Israel yang menjadi sejarah nyata. Dalam kitab keluaran ini pula
bangsa Israel telah mendapatkan pembebasan dari tanah perbudakan di Mesir
sebagai wujud penebusan dan perjanjian Tuhan dengan bangsa tersebut. Pada zaman
Musa, orang Israel harus dibebaskan dari perbudakan di Mesir yang merupakan
kerajaan yang berkuasa yang memperlakukan mereka secara kejam.
C.
Struktur
teks
Di
dalam kitab Keluaran pasal 22:21-27 terdapat tema utama yang cukup menonjol,
yakni mengenai peraturan Tuhan tentang penindasan terhadap orang-orang yang
tidak mampu. Di dalam teks tersebut dapat dilihat terbagi atas dua atau tidak
memiliki hubungan keterkaitan di antara beberapa ayat yang ada. Dalam teks
Keluaran 22:21-27 ini terdapat beberapa kata kerja yang cukup mencolok untuk
dipahami, seperti kata “tindas” dan “tekan” yang dapat diartikan seperti
“menjahati atau menganiaya”. Kata tersebut dapat dilihat pada ayat 21. Di teks
keluaran 22:21-27 ini, pada ayat 21-24 menceritakan tentang perintah Tuhan
untuk tidak menindas atau menekan orang lain. Sedangkan pada ayat 25-27
membicarakan tentang peraturan mengenai perlakuan terhadap orang yang
berhutang, serta di akhir ayat 27 dijelaskan mengenai sifat-sifat Tuhan yang
merupakan pendengar dan pengasih terhadap seruan para umat-Nya.
D.
Konteks
jauh
Penyampaian
peraturan-peraturan dalam keluaran bangsa Israel merupakan salah satu peristiwa
yang menonjol selain peristiwa penyertaan Tuhan dalam keluarnya bangsa Israel
dari Mesir. Penyampaian peraturan-peraturan bagi bangsa Israel ini terjadi di
gunung Sinai[3]sesudah
masa keluarnya bangsa tersebut dari perbudakan di Mesir. Peristiwa ini terjadi
sekitar abad 14 sM (1300) setelah pemerintahan periode Firaun Ramses II. Dapat
diketahui bahwa ketika bangsa Israel masih menjadi budak di Mesir, mereka masih
hidup dalam konteks politik pemerintahan dari Firaun di Mesir. Namun memasuki
masa keluarnya bangsa tersebut maka mereka terlepas dari pemerintahan Firaun
dan beralih ke tuntunan dan petunjuk langsung dari Tuhan melalui nabi Musa.
Dalam
koteks sosialnya, kebudayaan bangsa Israel dalam sistem kemasyarakatannya masih
memegang teguh sistem patriakhat[4],
dimana dalam sistem ini kaum lelaki dinilai sebagai kaum yang lebih dominan dan
memliki kuasa atas keluarganya. Tugas kaum lelaki adalah menjadi pemimpin dan
juga sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Saat itu pula banyak ditemukan
janda-janda dan anak-anak yatim dalam bangsa Israel. Banyaknya janda dan anak
yatim ini diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya akibat peperangan yang
pernah dilakukan oleh bangsa Israel terhadap orang Amalek. Janda-janda dan anak
yatim yang sudah kehilangan sosok kaum lelaki di keluarganya akibat perang tadi
biasanya menjadi kekurangan hak kewarganegaraannya dan jatuh miskin[5].
Orang-orang yang menjadi miskin dan kehilangan kewarganegaraannya tadi biasanya
mendapatkan perlakuan diskriminatif dan kekerasan dari masyarakat lainnya.
Corak
keagamaan bangsa-bangsa di Timur Tengah pada masa itu pada umumnya bersifat
politeis atau kepercayaan kepada banyak Tuhan. Agama yang politeis ini
merupakan godaan terberat yang dihadapi bangsa Israel dalam pergumulan imannya.
Dapat diketahui bahwa kejatuhan utama bagi bangsa Israel adalah pada bidang
agamanya. Oleh sebab itu dekadensi moral, ketidakadilan, korupsi, penindasan,
dan kejahatan sosial yang sering terjadi pada bangsa Israel pada masa itu
dinilai disebabkan karena kehancuran di bidang kehidupan keagamaannya[6].
E.
Konteks
Dekat
Dalam
konteks dekatnya, teks-teks yang ada termasuk dalam bagian yang sangat penting
yang seperti riwayat tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di gunung Sinai,
beberapa kelompok-kelompok hukum serta peraturan-peraturan yang dibuat pada
masa itu. Menurut riwayatnya, saat itu Tuhan menampakkan diri di atas gunung
Sinai sedangkan umat Israel saat itu harus mempersiapkan diri untuk menyambut
atau menghadapi kedatangan-Nya (19:1-25). Saat itu dijelaskan pula mereka yakni
bangsa Israel menjadi takut dan Musa harus menjadi perantara antara Tuhan
dengan bangsa Israel tersebut (20:18-21). Perjanjian antara Tuhan dan bangsa
Israel diteguhkan dan diikat dengan upacara (24:1-11) sebelum Musa naik ke
gunung (24:12-18). Kelompok hukum yang pertama terkenal dengan “Kesepuluh
Firman” (20:1-17), dan yang kedua disebut sebagai “Kitab Perjanjian”
(20:22-23:19) yang didalamnya juga ditambahkan janji-janji Tuhan serta
teguran-teguran kepada umat Israel (23:20-33)[7].
F.
Tafsiran
Teks (Keluaran 22:21-27)
Ayat 21 : “Janganlah kautindas atau kautekan seorang
orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
Ayat ini membicarakan mengenai
perintah Tuhan untuk tidak menindas ataupun menekan orang asing, karena melihat
dahulunya kamu juga pernah berada dalam posisi yang sama yakni sebagai orang
asing ketika berada di tanah Mesir. Kata “menindas” atau “menekan” yang
dimaksud adalah mendiskriminasi atau melakukan perbuatan yang bertujuan
menyengsarakan orang lain. Sedangkan “orang asing” yang dimaksud adalah orang
asing yang tinggal di antara orang-orang Israel. Dapat diketahui bahwa orang
asing merupakan orang yang berada dalam posisi lemah karena kurangnya
perlindungan dari keluarga ataupun suku[8]
yang dimilikinya. Terdapat kata “kamu” di ayat ini yang menunjuk kepada bangsa
atau orang Israel yang dapat diketahui pula dahulunya bangsa atau orang Israel
tersebut pernah menjadi orang asing di tanah Mesir yang diberlakukan tidak
adil, sengsara, dan tertindas dengan menjadi budak dari orang-orang Mesir pada
saat sebelum terjadinya peristiwa exodus.
Ayat 22 : Seseorang janda atau anak yatim janganlah
kamu tindas.
Ayat ini merupakan kalimat perintah
yang menekankan untuk tidak menindas atau berbuat jahat kepada seorang janda
ataupun anak yatim. Seorang janda dan anak yatim merupakan orang yang dipandang
sebagai orang yang berada dalam posisi lemah atau tidak berdaya karena
kekurangan perlindungan akibat kehilangan anggota keluarganya. Selain kurang
mendapatkan perlindungan, janda dan anak yatim juga merupakan orang yang dinilai
sebagai orang yang telah jatuh miskin karena kehilangan suami atau ayah yang
merupakan tulang punggung keluarganya sebagai pencari nafkah. Pada masa itu
sistem kemasyarakatan yang dipakai adalah sistem patriakhat, dimana kaum bapak atau
lelaki dinilai sebagai pemimpin yang harus mampu menafkahi keluarganya dan juga
sebagai seorang yang dominan.
Ayat 23 : Jika engkau memang menindas mereka ini,
tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru
kepada-Ku dengan nyaring.
Tuhan diketahui sebagai sosok yang
menyayangi, mangasihi dan selalu mendengarkan segala keluh kesah umat-Nya. Di
ayat ini berisikan pemberitahuan dan juga perintah Tuhan yang harus diketahui
oleh seluruh umat-Nya bahwa jika ada seorang asing yang mendapatkan penindasan
lalu meminta perlindungaan kepada Tuhan dengan cara berseru-seru atau meminta
tolong kepada-Nya, maka Tuhan akan mendengarkan seruan mereka.
Ayat 24 : Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan
membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan
anak-anakmu menjadi yatim.
Ayat ini menyatakan tentang
ungkapan kemarahan Tuhan yang akan berlaku kepada orang yang benar-benar menindas
orang asing yang berseru kepada Tuhan tersebut. Kemarahan Tuhan ini menunjukkan
bahwa Tuhan merupakan sosok yang adil dan sangat menyayangi ciptaan-Nya. Di
ayat ini Tuhan ingin menunjukkan kemarahannya dengan prinsip mata ganti mata
atau dengan hukuman yang setimpal seperti dalam kitab keluaran 21:24-25 yang
pada masa itu masih diberlakukan.
Ayat 25 : Jika
engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di
antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap
dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.
Pada ayat ini menekankan sebuah
peraturan mengenai orang Israel yang miskin dan terpaksa meminjam uang dan
berada pada posisi yang lemah baik itu ekonomi dan juga sosialnya. Maka orang
yang meminjamkan uangnya tersebut tidak diperkenankan untuk memberikan bunga
uang kepada orang lemah yang meminjamnya. Bunga uang yang dimaksud adalah riba
yang dinilai hanya akan membuat orang yang meminjam uang tadi akan semakin
tertindas dan tertekan dengan hutang-hutangnya yang semakin lama semakin benyak
atau membengkak.
Ayat 26 : Jika
engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau
mengembalikannya kepadanya sebelum matahari terbenam,
Di ayat ini disebutkan kata “jubah”
yang merupakan pakaian besar yang digunakan sebagai selimut pada malam hari dan
juga sebagai pelindung tubuh. Dan juga kata “gadai” yang berarti menjadikan
suatu benda sebagai jaminan ketika meminjam uang. Yang ditekankan di dalam ayat
ini adalah orang dilarang untuk menindas orang-orang yang kurang mampu demi
keuntungannya sendiri. Pada saat itu dapat dilihat bahwa orang-orang miskin
sering meminjam uang bahkan rela menggadaikan barang miliknya untuk ditukar
dengan uang agar dapat membelikan makanan bagi keluarganya. Dan ayat ini juga
memerintahkan untuk jangan menahan barang gadaian milik orang miskin sampai
pada malam hari karena kemungkinan orang yang menggadaikan barang tersebut
masih sangat membutuhkannya selama malam itu.
Ayat 27 : sebab hanya itu saja penutup tubuhnya, itulah pemalut kulitnya pakai apakah ia pergi tidur?
Maka apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya, sebab Aku ini
pengasih.
Ayat
ini menekankan bahwa jika ada seseorang yang menindas orang yang lebih lemah
darinya lalu mengambil keuntungan darinya, maka akan jadi seperti apa orang
yang tertindas tadi? Pastinya akan semakin tertindas dan menjadi semakin
sengsara. Oleh sebab itu jika orang yang tertindas tadi meminta pertolongan
Tuhan dengan cara berseru-seru kepada-Nya, maka Tuhan akan selalu
mendengarkannya, sebab Tuhan merupakan sosok yang adil dan juga maha pengasih
bagi orang yang mau berseru kepada-Nya.
G.
Refleksi
Teologis
Dalam
teks ini menceritakan mengenai sifat pemurah dan kepedulian Tuhan melalui
peraturan-peraturan yang dibuat untuk membela hamba-Nya yang berada dalam
posisi lemah dan kurang dipedulikan. Selain menceritakan sifatnya yang Maha
pemurah dan peduli tersebut, dalam teks ini juga Tuhan ingin menunjukkan
bagaimana cara-Nya memberikan hukuman yang setimpal terhadap manusia akibat
perbuatannya. Peraturan dan peringatan hukuman tersebut bertujuan agar setiap
manusia dapat dengan sadar diri bisa menyadari perbuatan-perbuatannya yang
dinilai kurang baik di mata Tuhan dan kembali melakukan hal-hal yang berkenan
dan diinginkan oleh Tuhan.
Sifat
sombong dan terkadang sering menindas orang Israel pada masa itu akan
mengakibatkannya menjadi bangsa yang tidak takut akan Tuhan. Maka dari itu
Tuhan hendak menyatakan kekuasaan-Nya
dengan memberikan peraturan-peraturan serta hukuman kepada mereka. Pada
teks ini hendak menyampaikan pesan bahwa sebagai orang yang sudah diselamatkan
dan percaya bahwa sudah mendapatkan karya penyelamatan Tuhan, hendaklah tetap
mengingat-Nya dan mentaati seluruh peraturan-Nya. Dan melalui teks ini pula
Tuhan hendak mengajarkan umat-Nya agar bisa selalu berlaku adil bagi sesama
ciptaan Tuhan itu sendiri. Karena tanpa-Nya kita sebagai ciptaan bukanlah
siapa-siapa.
4.
Barnabas Ludji, pemahaman Dasar perjanjian lama” ( Bandung :Bina Media informasi,
2009) hal.30
5.
Opcit,Tafsiran
Alkitab Kitab Keluaran, hal. 310
7.
Opcit,Tafsiran
Alkitab Kitab Keluaran, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal. 4
8.
John Rogersom, Studi Perjanjian Lama Bagi Pemula, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993), hal. 75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar